Clubidenticar-corporate.com – Bernie Ecclestone menyebut “Papaya Rules” McLaren di Monza 2024 sebagai sinyal bahwa tim mendukung Lando Norris dalam perebutan gelar juara dunia.
Dalam kejuaraan Formula 1 musim 2024, McLaren muncul sebagai salah satu tim dengan dinamika internal yang menarik perhatian banyak pihak. Salah satu topik paling hangat adalah “Papaya Rules” yang diperkenalkan McLaren pada Grand Prix Italia di Monza. Opa Bernie Ecclestone, mantan bos besar F1, ikut angkat suara, memberikan kritik dan pandangannya terkait aturan internal ini dan implikasinya terhadap kejuaraan. Berikut ulasan lengkap mengenai tanggapan Ecclestone, serta latar belakang dan dampaknya.
Latar Belakang “Papaya Rules”
“Papaya Rules” adalah istilah yang muncul dalam momen kontroversial di Monza, ketika McLaren memberi instruksi radio kepada kedua pembalapnya, Lando Norris dan Oscar Piastri..
Intinya, aturan ini mengatur bagaimana kedua pembalap boleh “bertarung” satu sama lain — keras tetapi “bersih”, memberi ruang yang cukup, dan terutama menghindari benturan yang dapat merugikan tim.
At Monza, setelah persaingan dimulai, tim meminta Piastri memberi tempat kembali kepada Norris lewat instruksi radio, dengan alasan bahwa Norris, meski mengalami kesalahan pit stop yang lambat, seharusnya mendapatkan posisi seperti semula karena performanya di sesi latihan dan kualifikasi. Instruksi itu menjadi bagian dari implementasi “Papaya Rules” tersebut.
Tanggapan Bernie Ecclestone
Bernie Ecclestone mengomentari situasi ini dengan nada kritis. Ia menyatakan bahwa “Papaya Rules” tersebut memperlihatkan bahwa McLaren tampaknya lebih mendukung Lando Norris dalam perburuan gelar dunia. Ia menganggap tidak adil apabila Piastri, yang juga tampil kompetitif, “dijatuhi hukuman” karena kesalahan dari tim, seperti masalah pit stop yang bukan berada di bawah kendalinya.
Menurut Bernie Ecclestone, strategi semacam ini — memberi keuntungan atau prioritas kepada seorang pembalap atas pembalap lain dalam satu tim — menunjukkan kecenderungan tim untuk memilih siapa yang mereka anggap lebih layak sebagai juara dunia. Ia menilai bahwa kebijakan ini bisa melemahkan semangat persaingan, karena faktor keadilan (fairness) menjadi dipertanyakan.
Argumen Pro dan Kontra
Pro:
- Strategi Tim
McLaren mungkin melihat bahwa Norris memiliki peluang lebih besar dalam perburuan gelar setelah beberapa performa yang konsisten. Memberinya prioritas dalam situasi tertentu bisa dianggap sebagai langkah taktis agar tim tetap bersaing di puncak klasemen. (Ecolestone juga menyiratkan hal ini). - Menghindari Risiko Antar Pembalap
Dengan aturan “race each other hard but fair”, tim berharap duel antar pembalap dalam satu tim tetap terkendali, menghindari benturan yang bisa merugikan kedua belah pihak dan posisi tim dalam klasemen konstruktor.
Kontra:
- Pertanyaan Fairness
Seperti yang diutarakan Bernie Ecclestone, banyak yang merasa bahwa instruksi seperti meminta satu pembalap “memberi tempat” kepada pembalap lain menjadikan persaingan kurang adil. Apalagi jika perubahan posisi diarahkan oleh tim bukan oleh aksi di lintasan murni. - Dampak Psikologis dan Motivasi
Pembalap yang mungkin merasa kurang dihargai bisa kehilangan motivasi. Jika Piastri merasa bahwa tim lebih berat sebelah terhadap Norris, hal ini bisa memicu ketegangan internal yang negatif. Bernie Ecclestone menyebut bahwa “Papaya Rules” bisa dilihat sebagai favoritisme terselubung. - Reaksi Publik dan Persepsi Media
Banyak penggemar dan pengamat yang mengkritik tindakan tersebut sebagai manipulasi kecil di balik istilah “fair racing”. Isu ini membuat kepercayaan publik terhadap objektivitas tim dalam menentukan keputusan di lintasan bisa terganggu.
Apa Kata McLaren dan Pembalap?
McLaren sendiri, melalui CEO Zak Brown dan team principal Andrea Stella, menyatakan bahwa “Papaya Rules” adalah kerangka yang fleksibel, bukan aturan baku yang kaku. Mereka juga menyebut bahwa dalam insiden di Monza, baik Norris maupun Piastri tetap berada dalam batas “Papaya Rules”.
Piastri melakukan overtake di lap pertama yang agak agresif, namun menurut McLaren, masih dalam batas yang dapat diterima — tidak ada benturan langsung, dan pembalap berdua tetap menghindari kontak yang berpotensi membahayakan.
Norris sendiri pernah mengatakan bahwa inti dari “Papaya Rules” menurutnya adalah “don’t crash, that’s all” (jangan tabrakan, itu saja).
Implikasi untuk Kejuaraan dan Masa Depan
- Dinamika Perebutan Gelar
Tanggapan seperti Bernie Ecclestone mempertegas bahwa pembalap dan tim harus tetap transparan dengan strategi internal, apalagi saat kejuaraan tiba di fase-fase penting. Keputusan seperti di Monza bisa sangat mempengaruhi perolehan poin, dan bisa menjadi penentu gelar. - Manajemen Pembalap dalam Tim Besar
Tim seperti McLaren harus menyeimbangkan antara memberi kebebasan bagi pembalap untuk tampil maksimal, dan memastikan kepentingan tim tetap dijaga. Aturan ambang seperti “Papaya Rules” bisa menjadi model, tapi juga rentan kritik jika tidak konsisten atau jika dipersepsikan sebagai tidak adil. - Reputasi dan Citra Publik
Formula 1 sebagai olahraga publik besar sangat dipengaruhi oleh persepsi penonton. Jika aturan internal dirasa merugikan salah satu pembalap, bahkan jika secara teknik masih dalam aturan, tim bisa dianggap berpihak, dan bisa memicu kritik dari penggemar dan media.
Kesimpulan
Tanggapan Bernie Ecclestone tentang “Papaya Rules” di Monza menyoroti isu besar dalam Formula 1: kapan suatu strategi tim menjadi favoritisme, dan bagaimana pemisahan antara instruksi tim dan kebebasan pembalap harus dikelola agar tetap adil.
Ecclestone menganggap bahwa McLaren telah memilih siapa yang mereka dukung sebagai juara dunia — dalam hal ini Norris — melalui implementasi Papaya Rules, terutama saat terjadi kesalahan pit stop yang bukan kesalahan pembalap lainnya. Meski McLaren menegaskan bahwa aturan tersebut fleksibel dan kedua pembalap berada dalam batasnya, persepsi publik dan kritik seperti yang disampaikan Ecclestone menunjukkan bahwa hal ini bukanlah sekadar isu teknis, melainkan juga soal keadilan, integritas persaingan, dan mentalitas juang antar pembalap.